THE EPIC ROAD TO PETERSEN – PART 1

Posted on 23 May 2018
by Sekepal Aspal

Hmmm, sebenernya gua bingung mau nulis kalimat pembuka nya gimana. Sebab perjalanan beasiswa Thrive ke Amerika kemarin itu rasanya beneran kayak jalan di dalem mimpi buat kita. Tapi oke, gua coba jabarin senetral mungkin dari sudut pandang gua yang ga punya latar belakang jurnalis ini yah.

 

Hari Jum’at subuh 5 Januari 2018 tiba-tiba tengah malem perut gua mules pak. Akhirnya gua terpaksa bangun sebentar sambil nahan ngantuk jalan ke kamar mandi supaya bisa cepet tidur lagi di masa libur tahun baru ini. Lagi asik semedi, tiba-tiba ada notifikasi email baru di hape, ngeliat nama yang ngirim, Paul D’Orleans, wah ngapain doi subuh-subuh ngirim email ?? Ooooh iya doi kan tinggal di New York, lagi makan siang kalik nih, ah paling nyari konten motor kalik yah buat web The Vintagent nya atau kolom di majalah Cycle World nya. Namun berbagai kemungkinan template jawaban yang akan gua kasih selanjutnya langsung menguap gitu aja, karena rupanya email yang dateng itu berupa ajakan langsung dari Paul kepada Thrive Motorcycle untuk dapat berpartisipasi dalam sebuah pameran selama setahun yang akan di adakan di Petersen Automotive Museum, Los Angeles, California, US. Bukan soal durasi dan lokasi pameran yang spesial, tapi pameran ini justru diadakan untuk merayakan 10 tahun perkembangan dunia motor custom di berbagai negara, dan dalam pameran ini Paul hanya memilih 25 motor yang akan terlibat.

Rasanya pengin gua hapus itu email, ga percaya gua, bohong ini, pasti tipuan pelangsing dan pembesar payudara ini. Gua refresh inbox email gua, emailnya masih ada, gua refresh hape gua masih ada juga emailnya, sampe gua refresh modem wifi rumah, tadinya mau gua refresh juga listrik rumah tapi khawatir ibu marah, jadi gua cek lagi bener-bener itu email, nama yang disapa bener, nama bengkel yang disebut juga bener, iya nih kayaknya ga salah nih. Simpen dulu deh buat di foward ke 4 orang lainnya di Thrive biar dibaca lagi dengan cermat buat nentuin langkah selanjutnya gimana, mudah-mudahan gua yang salah tangkep sama maksud dari email Paul itu. Dan akhirnya gua tidur, jam 4.27 pagi. Penuh gelisah.

 

Nah Paul ini sebenernya emang salah satu orang yang pengin gua temuin dalam list “Motorcycle Bounty Hunting” gua. Tadinya gua pikir akan ketemu doi di Berlin waktu launching buku The Ride oktober 2015 lalu, karena doi salah satu penulis inti dalam buku tersebut. Tapi ternyata dia ada keperluan lain yang harus didahulukan waktu itu jadi kita atur ulang jadwal perjumpaan di acara selanjutnya. Lalu harapan untuk berjumpa di Jepang sewaktu Mooneyes HRCS berlangsung Desember 2015 pun juga kembali punah karena rupanya dia berhalangan hadir dalam event tersebut. Dan akhirnya baru dapet kesempatan untuk ngobrol bareng di Perancis kemarin di acara Wheels & Waves Juni 2017 yang ceritanya pun juga udah gua jabarkan di blog Sekepal Aspal ini. Hari itu gua cuman ngobrol-ngobrol santay sambil bertukar cerita soal perkembangan skena custom di Indonesia dan di dunia. Banyak acara dan buku hasil tulisan Paul yang sudah diterbitkan dari berbagai penerbit media cetak, bisa kalian cek sendiri via google soal peran besar Paul D’Orleans dalam dunia custom motorcycle dan kultur yang terkait di sekitarnya.

Kemudian, setelah kembali dicermati bersama dan di ukur kemungkinan keterlibatan Thrive dalam acara ini kami mengiyakan ajakan Paul tersebut sambil mengajukan opsi kendaraan terbaru kami T006 Kuzuri yang akan berangkat ke pameran dan mempertanyakan perihal logistik perjalanan motor dan orang-orang dibalik Thrive hadir pada pembukaan pameran. Sambil nunggu update selanjutnya gua berlima coba berasumsi di kemungkinan terburuk gimana kalok semisal segala biaya ditanggung mandiri oleh masing-masing workshop. Jadi mulailah kita bagi tugas, Angga, Dimas, Indra, cari informasi soal pengiriman kendaraan Jakarta – LA, gua dan Barata merencanakan di Amerika mau ngapain aja, berapa lama, dan siapa aja yang bisa di singgahi nantinya, beserta biaya akomodasi perorangannya.

Sambil nyari info diatas tadi, gua juga coba cari second opinion lain kebeberapa pihak diluar Thrive, soal “apakah kesempatan ini patut di perjuangkan ?” Mas Jujuk Margono sebagai jurnalis senior bilang “Nyeeet ini lo diundang nyet, berarti lo penting buat mereka, ini museum juga gak kecil reputasinya, gua udah pernah kesana. Majuinlaaaaaah, sejarah ini paaaaak #udahgituaja” lalu Anton Ismael yang gua pandang sebagai guru dalam bersikap dan berkesenian juga bilang “Lo diminta partisipasi pameran sama museum, itu levelnya udah diatas galeri nyet, kalok lo mundur cuman karena takut ga siap, sampai kapanpun lo ga bakal siap sama apapun nanti didepannya #keluartumbuhliar” sampai akhirnya, gua cerita ke Sekepal Aspal dan merekapun juga gak kalah antusias dalam merespon berita ini “sekolah bagus itu gak ada yang murah pak, mari kita buat sesuatu bareng yang bisa di pelajari bersama dengan teman-teman disini #goodtimesgenerator” dari sinilah kita jadi kepikiran buat ngajak Agung Pambudi untuk bertanggung jawab mendokumentasikan kegiatan kami selama di sana nantinya. Kami dan Sekepal Aspal sedang mempersiapkan sesuatu yang menyegarkan untuk di hidangkan bersama nanti, tunggu tanggal mainnya.

 


 

Lalu update email dari Paul kemudian datang membawa berita melegakan bahwa, pihak museum akan mengurus semua biaya keberangkatan dan pulangnya motor kami. Namun, Kuzuri bukan jenis custom yang dia cari untuk terlibat dalam pameran kali ini, dia justru tertarik sekali dengan karya lama kami T005 Cross. Menurutnya motor itu lebih memenuhi kriteria unik dan radikal yang dia cari untuk terlibat dalam pameran ini. Kalimat itulah yang kemudian jadi keyword buat kita nebak-nebak deg-degan kandidat peserta pameran lainnya sambil setengah percaya ngga percaya. Masa iya sih kita sepanggung sama mereka ? Sambil memastikan ulang kesiapan motor yang diminta Paul supaya nggak malu-maluin Indonesia nantinya untuk pameran setahun sekelas museum. Menyusul kemudian surat undangan resmi dari pihak museum pun kami terima, lanjutlah kita ke duta besar untuk pengajuan visa berkunjung. Jujur ini salah satu moment merinding selanjutnya yang harus kami lewati, cerita seram soal screening ketat pihak dubes membuat kami mules sambil nunggu nomer antrian dipanggil. Tapi alhamdulillah dengan bekal surat undangan resmi pihak museum yang secara spesifik menyebutkan nama-nama kami dan kegiatan kami di amerika nantinya, menghapus semua kegelisahan cerita seram yang kami dengar sebelumnya. Ditambah, salah satu motor kami yang menjadi sampul cover majalah Dice edisi Januari 2018 yang di pojok kiri atas sampulnya tertulis “Made In America” juga turut berperan dalam memuluskan permohonan visa kami.

Seminggu setelah visa kami keluar, berita soal pameran ini mulai beredar. Los Angeles Times menjadikannya headline digital selama beberapa hari, dan kandidat peserta pameran pun mulai terkuak. Ngeliat nama yang dijabarkan itu rasanya kayak mimpi pak. Ummm kalok boleh nyama-nyamain nih yah, kalo boleeeeh, mungkin rasanya semerinding kayak waktu Seringai jadi band pembukanya Metallica waktu 2013 lalu kalik yah. Intinya adalah lo ditunjuk untuk terlibat jadi peserta pameran, sepanggung sama orang-orang yang ngebuat lo jadi ngejalanin hidup lo hari ini. Shinya Kimura, Ian Barry, David Borras, Cristian Sosa, Michael Woolaway, Alan Stulberg, Kengo Kimura, itu cuman nama-nama yang biasa kita tonton sliweran secara digital sejak 10 taun kemarin. Ummm kalok gak kebayang, kayak lo disuruh pajang motor bareng Billy Lane, Indian Larry, Joe Martin, Arlen Ness, Jeff Holt, Jeff Wright, Dean Micetich, ato whatsoever siapapun nama yang lo kagumi lah. Semerinding itu pak. Tapiiiii, kabar selanjutnya pun juga gak kalah bikin uring-uringan karena rupanya, jalur untuk ngeluarin motor kami masih belum jelas.

Selanjutnya kami diarahkan sama mas Abraham Zulvie Houtman dari Scooter 99 untuk berjumpa dengan beberapa relasinya persoalan akomodasi kendaraan lintas negara. Disitu kita belajar banyak sampai akhirnya kita ketemu sama Prima Logistic yang bersedia untuk memfasilitasi pengiriman motor kami menuju Los Angeles. Setelah segala kebutuhan dokumen pelengkap perjalanan sudah kami kumpulkan rupanya, kami kembali terbentur persoalan surat izin keluar kendaraan yang harus segera di legalisasir oleh beberapa pihak transportasi terkait, sedangkan tanggal sudah mendekati tenggat waktu pengiriman yang diberikan oleh museum. Mendengar kabar itu, mas Jujuk langsung ngabarin mas Rifat Sungkar untuk dapat bisa segera menyambungkan kami ke pihak IMI Jakarta padahal, waktu itu mas Rifat sedang berada di New Zealand bareng sama sahabat gua Julian Johan yang dengan beda waktu 4 jam lebih awal dari Jakarta, mereka tetep berusaha mensupport kelancaran perjalanan ini semaksimal yang mereka bisa.

 

Akhirnya 3 hari kemudian surat izin kami keluar, dan mulailah kami menyiapkan T005 menuju bandara untuk dapat segera menjalani prosedural pengiriman, mengejar waktu yang telah ditentukan oleh pihak museum. Karena banyak kendala yang terjadi diluar perkiraan kami pada proses perjalanan ini, pengumuman keberangkatan resmi dari kami pun masih kita tahan sampai kita yakin bahwa motor kami benar-benar sudah lepas landas berada di udara menuju Los Angeles. Dan 2 hari kemudian, layout pameran keluar, dengan stage design oleh Ian Barry Falcon Motorcycle dan dekorasi dinding pameran dikerjakan oleh Nicolai Sclater atau yang juga dikenal dengan Ornamental Conifer. Brengsek, nama-nama yang terlibat kok gak ada yang biasa aja yah, masih heran kita juga. Dan seperti biasa, kabar baik selalu ditemani erat dengan kabar kurang sedap, motor kami sudah mendarat di Los Angeles pada tanggal 28 maret 2018, tapi belum bisa keluar menuju museum karena dokumen klasifikasi barang seni yang masih belum lengkap. Pihak museum pun mengaku, belum pernah mendapat masalah seperti ini tapi, sudah tidak ada lagi yang dapat kita lakukan dari Jakarta, sehingga pihak museum berupaya dengan keras untuk dapat segera mengeluarkan motor kami secepatnya dengan berbagai alternatif pilihan jalan keluar yang mereka punya.

Tanggal 10 april jam 07.53 waktu setempat kami transit di Jepang selama 10 jam. Setelah 3 bulan dengan intens mempersiapkan motor kami menuju pameran, waktu berharga ini kami manfaatkan sebaik mungkin untuk refreshing sejenak mencari makan di kota terdekat sekitar bandara sambil bersenda gurau dengan bahasa sendiri di negara orang lain. Walaupun sudah menjelang 3 hari menuju pembukaan pameran, motor kami masih tertahan di bandara LAX, sejujurnya dititik ini kami sudah sangat pasrah dan mempercayakan kelanjutan sisa ceritanya kepada pihak museum. Campur aduk sekali pak rasanya. Kemudian pada jam 4 sore kami harus sudah kembali ke bandara Narita untuk melanjutkan penerbangan kami menuju LAX.

Akhirnya kami tiba di Los Angeles pada tanggal 10 April jam 12.27 waktu bagian California, dan kemudian disambut dengan hangat oleh pihak KJRI LA yang juga antusias mendengar keterlibatan kami dalam pameran yang diadakan oleh Museum yang terletak tidak jauh dari keberadaan gedung KJRI LA. Kami menghabiskan 2 malam disana dengan pertimbangan untuk mempermudah aktivitas kepengurusan pameran. Satu hari menjelang pembukaan pameran, pihak museum mengabarkan bahwa AKHIRNYA motor kami sudah mendapat izin untuk dapat keluar dari bandara, dan sedang dalam perjalanan menuju ke museum. Plong setengah mati rasanya begitu kami mendengar kabar paling hangat itu. Bergegaslah kita kemudian menuju museum untuk dapat bersosialisasi dengan para panitia penyelenggara di balik layar pameran ini sambil menikmati proses loading motor-motor yang akan dipamerkan nanti. Sungguh rasanya sureal banget pak rasanya ngeliat semua motor jagoan yang tadinya cuma bisa kita liat di internet dan majalah sekarang ada di depan mata kita sendiri. Kayak dunia sosial media versi 3D, kayak pop up book majalah-majalah motor 10 tahun terakhir lah.

Sungguh, pemandangan paling keren menurut gua selama di Amerika adalah ketika Paul strike a pose persis disebelah motor kami. Motor dia yang pilih, terbang sekitar 15.000 km, ngeluarinnya dari bandara susah, di pameran posisinya nanti digantung. Jadi itu satu-satunya kesempatan pertama dan terakhir dia untuk dapat berfoto berdampingan dengan motor pilihannya tersebut. Lega banget rasanya menyaksikan momen langka ini. Dan juga panitia pameran kemudian mengabarkan, sebelum pembukaan besok, akan ada riding bersama sesama partisipan dan panitia di Azusa Canyon dan kemudian lanjut ke Museum, dengan meeting point berangkat dari Pa’un, eh sori, Chabott Enginering !! AN*&#$%^&*ING !! Riding sama tuhan !! BA&^%$*#SAT !! Aduh motor saha tapinya ?! Okeh-okeh udah kepanjangan nih pak nampaknya cerita gua di bagian pertama ini. Gua janji, di postingan selanjutnya gua akan lebih memperbanyak Foto ketimbang tulisannya yah. Sampai jumpa di postingan selanjutnya !!

 

Oleh Putra Agung dari Thrive MC.

 

Sekepalaspal.com. 2016. All rights are reserved.

PILIH JAM PEMUTARAN

Kamu hanya bisa memilih satu dari enam kali pemutaran yang tersedia.

 

 

DAPATKAN TIKETNYA DENGAN MENGISI FORM DI ATAS

Kami mempunyai 60 tiket nonton film gratis yang bisa kamu menangkan. Kami alokasikan tiket-tiket tersebut sebanyak 10 tiket di tiap jam pemutaran. Kapasitas mini theater kami adalah sebanyak 78 kursi per pemutaran. Silakan daftar di bawah ini, dan pilih jam pemutaran film yang kamu inginkan. Para pemenang akan diacak dan hanya para pemenang yang beruntung yang akan mendapatkan email konfirmasi dari kami. Untuk yang belum beruntung, kamu bisa membeli tiket di outlet penjualan tiket seharga Rp 25.000.

OUTLET :

Lawless Jakarta, Jl. Kemang Selatan 8 No.67K

 

7 AGUSTUS 2016 - JOGLO
JERUK PURUT COMPOUND

Sebuah film semi dokumenter tentang budaya custom roda dua dan perjalanan yang tak terlupakan. 1000 Kilometer mengisahkan tentang 3 teman baik yang terinspirasi oleh Sekepal Aspal photography book dan memutuskan untuk melibas jalanan Jawa sampai Bali untuk menemui secara langsung beberapa tokoh yang terdapat di dalam buku itu. Film ini menggabungkan komprehensi sejarah budaya custom roda dua lokal dan modernisasinya, dengan keseruan petualangan khas Indonesia dan latar alamnya yang indah.

Dibintangi oleh: Syafwin Ramadhan Bajumi, Yusuf Abdul Jamil, Raihan Ahmad Ramdhani
Sutradara: Ilham Nuriadi
Penulis: Sammy Bramantyo
Produser: Adita K Bramantyo
Eksekutif Produser: Roni Pramaditia, Rizky Rosianto, Rahmat Wirabakti, Sammy Bramantyo
Produksi: Sekepal Aspal

Alamat Kantor

SEKEPAL ASPAL
JL. KEMANG SELATAN 8 NO.63 B3
JAKARTA SELATAN 12730

 

Business Hour
Mon - Fri : 09.00AM - 17.00
Sat - Sun : 09.00 - 15.00

 

Media

Kirim Pesan