Take Pride On Your Ride

Posted on 4 June 2020
by Sekepal Aspal

Cukup sering gak sih kita denger kalimat “pengen ikutan sih, tapi saya pake motor kecil nih” atau “gak enak ah, (gue pake) motor kecil”? Terlepas ucapan itu dilontarkan secara bercanda atau tidak, kalimat itu menurut gue mulai mengganggu.

Tommy Manoch, the champ

Bukan mengganggu dalam artian menyebalkan, tapi lebih ke bikin gue bertanya-bertanya, kenapa kalimat atau anggapan bahwa perbedaan kapasitas mesin atau ukuran motor menjadi batasan dalam main motor.
Kalo mau menilik ke belakang dan mencari tau penyebab munculnya batasan norak ini, tanpa bermaksud mencari kambing hitam, sedikit banyak mungkin terpengaruh dari regulasi pembatasan kapasitas mesin motor dan regulasi yang mengatur tentang urusan import kendaraan CBU (Completely Built Up) yang mulai diterapkan di era orde baru. Sebelum ada
pembatasan kapasitas mesin motor, pasar motor di Indonesia terbilang bebas. Beragam merk pabrikan motor seperti BSA, Triumph, bahkan Harley Davidson dan Indian bebas diperjual belikan. Tidak ada batasan kapasitas mesin dan monopoli merk dagang tertentu. Misalnya di Jakarta, dealer BSA bisa dipegang oleh siapa saja, di Bandung bisa dipegang oleh perusahaan
yang berbeda, di Surabaya pun beda lagi. Dan satu perusahaan bisa jadi importir beberapa brand motor berbeda. Menurut cerita dari generasi sebelum kita yang sempat menikmati era itu, di masa itu, ga ada tuh istilah moge alias motor gede. Motor ya motor, apapun brandnya, berapapun besar ukuran dan kapasitas mesinnya.

Helicak BSA
The good ol’ days

Teori gembel gue aja sih ini, kemudahan untuk berinvestasi, cheap labor dan pasar yang disetting/disiapkan untuk menyerap mayoritas produk mereka, tentu saja menjadi tawaran yang menggiurkan untuk investor asing. Tentu saja, selain itu memang ada hal-hal positif yang dihasilkan, misalnya pendapatan pajak negara, penyerapan tenaga kerja yang besar dan transfer teknologi. Sejak regulasi itu berlaku, otomatis tidak ada motor baru dengan kapasitas mesin diatas 250cc yang berkeliaran di jalanan. Antara motor yang memang sudah ada di sini sebelum regulasi itu berlaku atau motor yang diimport secara ilegal. Di era itu pulalah mulai terbentuk image di masyarakat bahwa motor (produksi baru) dengan kapasitas 250cc keatas adalah barang mewah dan eksklusif. Karena memang ketersediaan unit yang terbatas dan tidak semua orang bisa punya akses untuk memilikinya.

Our boy, TR

Walaupun sebenernya di kalangan penikmat hobi motor, status barang mewah dan eksklusif tadi tidak terlalu berpengaruh, karena mayoritas pelaku dan penikmatnya sudah berkecimpung disitu sejak lama, dan buat mereka hobi motor adalah pure passion. Belum ada tendensi menggunakan
motor sebagai alat untuk mendongkrak gengsi. Celakanya, seiring berjalannya waktu, image barang mewah dan eksklusifitas yang terbentuk di masyarakat pun mulai terasa di lingkungan hobi. Kalo dulu misalnya dalam sebuah klub anggotanya bisa dari beragam kalangan, maka ada
pula klub yang mayoritas anggotanya dari golongan ekonomi dan strata sosial tertentu. Iklim seperti itu pun terbentuk dengan sendirinya. Karena memang populasi moge baru yang terbatas dan cara masuknya yang ilegal, harga jualnya pun menjadi relatif tinggi apabila dibandingkan dengan motor biasa yang beredar di pasaran. Walaupun begitu di kalangan penikmat motor, tetap ada regenerasi yang “sehat”. Masih banyak yang memang santey dan menikmati passion
mereka secara tulus. Datang dari beragam kalangan dan tidak mempermasalahkan strata sosial dan ekonomi. Belum lagi dengan munculnya trend naik motor/touring dikawal dengan alasan-alasan konyol, tumbuh pula benih arogansi di kalangan pengendara moge.

Rocket Fantasy Garage

Fast forward ke masa sekarang, regulasinya pun sudah berubah… dikit. Regulasi import kendaraan CBU mulai dilonggarkan, walaupun masih dimonopoli. Urusan pajaknya pun dikategorikan menjadi barang mewah dan menjadi salah satu sumber pemasukan negara. Opini masyarakat yang sudah terbentuk dan didukung oleh regulasi yang berlaku, jujur tidak memperbaiki keadaan, kalo tidak mau disebut memperuncing persepsi tentang barang mewah dan eksklufitas moge. Untungnya, dengan semakin mudahnya akses informasi dan regenerasi di scene motor, semakin banyak pula orang yang tertarik untuk main dan ngulik motor memanfaatkan apa yang ada. Kalo di era 80-90an, scene motor yang cenderung mulai tercemar
eksklusifitas diseimbangkan oleh para penikmat motor klasik yang lebih down to earth. Memanfaatkan motor-motor klasik Eropa, Amerika dan Jepang produksi tahun 70an kebawah yang populasinya memang cukup banyak di Indonesia. Dengan bertumbuhnya scene kustom saat ini, bisa dibilang semakin menghilangkan gap eksklusifitas antara si kecil dan si besar.

Moto Kulto
Moto Kulto
Moto Kulto nightriders

Karena sebenernya ga ada tuh batasan mau pake cc berapa aja. Gue inget dulu ada seorang temen yang ngekastem motor Jawa 250cc 2 tak, dibikin chopper rigid, pake ape hanger dan jadinya keren-keren aja tuh. Temen gue ini pun pede-pede aja maen bareng dengan motor-motor yang cc-nya lebih besar. Di Bandung, waktu gue maen di salah satu klub motor tua, ada temen gue yang pake DKW Hummel 125cc dan santey-santey aja tuh. Jadi sebenernya, kitanya juga harus pede aja sama apa yang kita punya, attitude counts!! Kalo keren ya keren aja, kalo butut mah, mau motor lu harganya ratusan juta juga ya tetep aja butut. Kustom kulture sedikit banyak memberikan ruang untuk kesetaraan di scene motor saat ini. Kita
diberikan kebebasan untuk mengekspresikan siapa diri kita dengan media motor kesayangan kita tanpa harus diembel-embeli dengan status sosial, cc motor kita dan batasan-batasan absurd yang diciptakan untuk mengkotak-kotakan penikmat roda dua di Indonesia. Movement seperti “Small Engine Terror” atau “Chopper Kampung” pun menjadi semacam statement dan
pergerakan melawan dogma ngawur yang tumbuh di kalangan biker yang merasa motor mereka paling keren karena cc-nya besar, harganya mahal dan merasa perlu diberikan perlakuan khusus di jalanan. We need to show them that we can get along and having some real fun on motorcycle. Mengembalikan hobi motor kepada fitrahnya, sebagai alat untuk menyatukan perbedaan, bukan justru membeda-bedakan. Munculnya kolektif-kolektif roda dua di penjuru Indonesia pun memberikan angin segar di scene roda dua. Mereka membawa semangat perbedaan yang juga mengangkat value “respect” tidak sekedar menjadi slogan keren-kerenan.

Small Engine Terror
Chopper Kampung

Dengan segala kekayaan sejarah dan kualitas scene roda dua Indonesia saat ini, sudah waktunya pemikiran “motor gue motor kecil” dihilangkan. Kalo memang rombongan biker yuppies itu masih mau mengkotak-kotakan antara si besar dan si kecil, biarlah itu berlaku di kalangan mereka yang motornya mahal tapi bentukannya sama semua hahaha.

Doesn’t matter what you ride, take pride on you ride!!!


Oleh Wra Bakti.

Sekepalaspal.com. 2016. All rights are reserved.

PILIH JAM PEMUTARAN

Kamu hanya bisa memilih satu dari enam kali pemutaran yang tersedia.

 

 

DAPATKAN TIKETNYA DENGAN MENGISI FORM DI ATAS

Kami mempunyai 60 tiket nonton film gratis yang bisa kamu menangkan. Kami alokasikan tiket-tiket tersebut sebanyak 10 tiket di tiap jam pemutaran. Kapasitas mini theater kami adalah sebanyak 78 kursi per pemutaran. Silakan daftar di bawah ini, dan pilih jam pemutaran film yang kamu inginkan. Para pemenang akan diacak dan hanya para pemenang yang beruntung yang akan mendapatkan email konfirmasi dari kami. Untuk yang belum beruntung, kamu bisa membeli tiket di outlet penjualan tiket seharga Rp 25.000.

OUTLET :

Lawless Jakarta, Jl. Kemang Selatan 8 No.67K

 

7 AGUSTUS 2016 - JOGLO
JERUK PURUT COMPOUND

Sebuah film semi dokumenter tentang budaya custom roda dua dan perjalanan yang tak terlupakan. 1000 Kilometer mengisahkan tentang 3 teman baik yang terinspirasi oleh Sekepal Aspal photography book dan memutuskan untuk melibas jalanan Jawa sampai Bali untuk menemui secara langsung beberapa tokoh yang terdapat di dalam buku itu. Film ini menggabungkan komprehensi sejarah budaya custom roda dua lokal dan modernisasinya, dengan keseruan petualangan khas Indonesia dan latar alamnya yang indah.

Dibintangi oleh: Syafwin Ramadhan Bajumi, Yusuf Abdul Jamil, Raihan Ahmad Ramdhani
Sutradara: Ilham Nuriadi
Penulis: Sammy Bramantyo
Produser: Adita K Bramantyo
Eksekutif Produser: Roni Pramaditia, Rizky Rosianto, Rahmat Wirabakti, Sammy Bramantyo
Produksi: Sekepal Aspal

Alamat Kantor

SEKEPAL ASPAL
JL. KEMANG SELATAN 8 NO.63 B3
JAKARTA SELATAN 12730

 

Business Hour
Mon - Fri : 09.00AM - 17.00
Sat - Sun : 09.00 - 15.00

 

Media

Kirim Pesan