Sempat kepikiran gak sih, ngapain Sekepal Aspal tiap tahun mau repot-repot bikin SAIME? Untuk sekedar mengejar “fame and fortune”-kah, supaya bisa jadi “artis motor” atau mungkin ada hal-hal lain yang menjadi motivasi Sekepal Aspal (SA) untuk menggelar acara tahunan yang skalanya semakin berkembang ini, baik secara konten dan fisik acaranya sendiri?
Kalo ngebahas fame and fortune, secara “fame” atau eksistensi pribadi, sepertinya tiap orang di belakang SA udah gak terlalu perlu. Disitu ada (mantan) penyiar kondang dan bassist band rock/metal campursari ternama, seorang pebisnis dan penggiat sosial yang justru sebenernya gak terlalu perlu banyak sorotan juga, sisanya ada dua orang yang juga sudah cukup terkenal, minimal di lingkungan keluarga sendiri…haha. Kalau mau dilihat dari sisi “fortune” atau duit, ya kayaknya sih gak gimana-gimana banget juga kraftkarane.
Memang dari penjualan merchandise pasti ada pemasukan, tapi kalo dari event-eventnya ya cukup-cukup ajalah. Cukup buat bayar venue, bayar biaya produksi dan fee teman-teman yang ikut terlibat dalam pelaksanaan SAIME. Sepertinya ga banjir profit juga, bahkan mungkin sempat defisit dan nombok. Terus, ngapain juga mereka ngotot bikin acara tiap tahun, dan gratis pula. Padahal kan kalo pake ticket pasti lumayan banget kalo dikalikan dengan jumlah pengunjung.
Bilanglah sejak SAIME tahun 2017 lalu ketika pengunjung mencapai angka 6.000-7.000 pengunjung per hari, bahkan di tahun ini mencapai angka kurang lebih 9.660 pengunjung per hari. Angka tersebut cukup signifikan untuk acara seru-seruan yang hanya berlangsung satu hari. Paling tidak kalau acaranya gratis, ya pengunjung bisa jajan lah, supaya semua pihak yang terlibat merasa diuntungkan, semua senang dan sukur-sukur bisa terhidupi. Satu hal yang pasti, bisa dibilang SAIME berakar dari labor of love bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Mungkin kalau mau dirunut ke belakang lagi, SAIME sendiri lahir dari kegelisahan orang-orang di belakang SA. Sesederhana ingin punya acara kumpul seru-seruan yang berbeda untuk para penikmat budaya roda dua di Jakarta yang sebelumnya di dominasi oleh acara bikinan brand atau klub. Ingin punya acara yang netral dan bisa memberikan exposure yang layak untuk para talenta lokal tanpa harus dibumbui politik dan drama perkontesan.
Seperti teman-teman yang lain yang berangkat dengan keterbatasan, sepertinya SA ingin menggaris bawahi bahwa menjadi berbeda dan berada di luar sistem itu tidak selamanya buruk. Dengan segala keterbatasan ini, kita semua tetap bisa maju dan itu sudah terbukti. Karena memang gaya hidup Kustom Kulture ini berangkat dari nilai-nilai pemberontakan, punk rock, against the grain, tetapi tetap bisa memberikan value untuk orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Tanpa disadari itulah yang menjadi salah satu motivasi SA dalam melakukan apa yang mereka lakukan sekarang. Sebut saja ketika SA memutuskan untuk membuat exhibition, buku, film dan entah apalagi yang mungkin akan mereka lakukan nanti. Begitu pula ketika mereka sepakat untuk berkolaborasi dengan ONX Idea Studio dua tahun belakangan ini untuk lebih jauh meng-explore ranah seni rupa kontemporer dan memadukannya dengan budaya roda dua.
Balik ke urusan “fame and fortune” tadi, buat ONX Idea Studio pun, ya secara “fame” juga udah ga perlu-perlu banget, mereka udah punya street cred yang lebih dari cukup di bidangnya. Untuk “fortune”, gue yakin dari bekerja sama dengan SA dalam ngegarap SAIME bisa dibilang mereka ga dapet apa-apa, kalo ada pun mungkin jumlahnya gak signifikan apabila dibandingkan dengan nilai project-project yang sering mereka kerjakan.
Intinya sih kalo gue liat SAIME bisa seperti sekarang, bertahan sampai tahun ke-6 dan semakin besar, ya karena beberapa hal. Stay true, bergerak di luar sistem/zona nyaman, dan perbanyak teman/bersosialisasi.
Gue akan coba break down kenapa point-point itu menurut gue penting dalam perkembangan SAIME.
Setelah kita tau motivasi dan latar belakangnya, yang terbersit berikutnya adalah, pernah ga sih SA merasa bosan ketika harus mempersiapkan SAIME tiap tahunnya, apalagi sekarang sudah memasuki tahun yang ke-6.
Pasti ada sedikit ketakutan apabila gaya hidup yang kita jalani ini menjadi over exposed, terlalu cepat mencapai titik jenuh dan stagnan, sekedar menjadi komoditas dagangan. Tetapi dengan kondisi saat ini, kita tidak seharusnya pesimis. Rasanya kita juga tidak perlu terlalu peduli dengan janji manis diluaran sana dan polah social media darling yang sekedar ingin memanfaatkan popularitas scene ini. Karena tanpa kita sadari, saat ini scene roda dua lokal sudah menjadi sesuatu yang besar. Menjadi suatu komoditas yang memiliki banyak potensi besar bagi para pelakunya, bahkan dengan kondisi minim dukungan dari pemerintah sekalipun. Yang menentukan kita untuk maju adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.
Gue rasa SA sudah cukup paham akan hal itu dan bisa mengatasi kebosanan itu sendiri dengan terus men-challenge diri mereka untuk melakukan sesuatu yang baru tiap tahunnya dan tidak terlalu menghiraukan hal-hal ga penting diluaran sana. Dan hasilnya dapat dilihat jelas di gelaran SAIME18 kemarin, venue baru yang lebih luas, konsep tata ruang yang lebih matang, design lay out area exhibition yang lebih unik dan terkonsep, juga konten pameran yang semakin beragam.
Dari semua hal yang dilakukan SA, melalui SAIME, sepertinya Sekepal Aspal memiliki keinginan untuk kembali mengajak teman-teman sesama penikmat dan penggiat roda dunia di Indonesia untuk stay true, tetap berbeda, tetap gelisah, dan tetap “memberontak.” Karena tidak banyak hal hebat yang lahir ketika kita sibuk berada di zona nyaman.
Mari berharap semoga tahun depan Sekepal Aspal Indonesia Motorart Exhibition bisa kembali hadir membawa sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dan bisa membawa kalian ke petualangan berikutnya. Cheers!!
Oleh Wra Bakti.
LIST EXHIBITOR SAIME18
Builder/Garage
Artist:
Bands:
Kami mempunyai 60 tiket nonton film gratis yang bisa kamu menangkan. Kami alokasikan tiket-tiket tersebut sebanyak 10 tiket di tiap jam pemutaran. Kapasitas mini theater kami adalah sebanyak 78 kursi per pemutaran. Silakan daftar di bawah ini, dan pilih jam pemutaran film yang kamu inginkan. Para pemenang akan diacak dan hanya para pemenang yang beruntung yang akan mendapatkan email konfirmasi dari kami. Untuk yang belum beruntung, kamu bisa membeli tiket di outlet penjualan tiket seharga Rp 25.000.
Lawless Jakarta, Jl. Kemang Selatan 8 No.67K
Sebuah film semi dokumenter tentang budaya custom roda dua dan perjalanan yang tak terlupakan. 1000 Kilometer mengisahkan tentang 3 teman baik yang terinspirasi oleh Sekepal Aspal photography book dan memutuskan untuk melibas jalanan Jawa sampai Bali untuk menemui secara langsung beberapa tokoh yang terdapat di dalam buku itu. Film ini menggabungkan komprehensi sejarah budaya custom roda dua lokal dan modernisasinya, dengan keseruan petualangan khas Indonesia dan latar alamnya yang indah.
Dibintangi oleh: Syafwin Ramadhan Bajumi, Yusuf Abdul Jamil, Raihan Ahmad Ramdhani
Sutradara: Ilham Nuriadi
Penulis: Sammy Bramantyo
Produser: Adita K Bramantyo
Eksekutif Produser: Roni Pramaditia, Rizky Rosianto, Rahmat Wirabakti, Sammy Bramantyo
Produksi: Sekepal Aspal